MediaBeritaOnline.com – Modus kelompok pro-kekerasan dan terorisme telah berubah dari konvensional ke digital.
Untuk itu para generasi milenial yang mendominasi dunia maya diingatkan tak terpengaruh oleh propaganda, indoktrinasi kelompok tersebut.
Generasi milenial harus menjadi ujung tombak mencegah konten kekerasan dan radikalisme di dunia maya.
Mengingat karakter dunia maya yang tak terbatas gerakan milenial peduli dunia maya perlu diperkuat.
Mereka perlu berkolaborasi regional hingga global untuk menebar pesan-pesan perdamaian.
Lawan Propaganda Terorisme dengan Konten Damai di Dunia Maya
“Duta damai dunia maya harus luas sehingga bisa menjangkau lebih banyak karena arus radikalisme dan propaganda ekstremisme itu sangat cepat dan banyak sehingga perluasan duta damai dunia maya harus eksponensial, tidak bisa satu-satu,”
ujar Penggagas Peace Generation Indonesia, Irfan Amalee dalam keterangannya, Minggu (28/4).
Apalagi, lanjut Irfan, dengan keberadaan media sosial kesempatan untuk eksponensial itu sangat besar. Itu telah dimanfaatkan kelompok radikal untuk melakukan propaganda dan penyebaran pahamnya melalui sosmed.
Faktor kedua, kata Irfan, generasi muda terutama duta damai dunia maya harus memiliki kualitas dan kemampuan dalam membuat berbagai konten baik itu gambar, tulisan, video, maupun games.
“Kalau konten itu tidak diimbangi konten damai berkualitas, maka penyebaran konten propaganda radikal terorisme sulit dibendung,” tuturnya.
Selain itu, duta damai dunia maya harus bisa membuat konten yang banyak dan bagus sehingga mereka bisa menjadi agen perubahan.
Juga harus benar-benar dapat esensinya.
“Jadi harus bagus kualitasnya, pemahaman, metode, dan harus kreatif. Kalau sekarang visual is the king.
Kalau gambar atau videonya biasa aja dan enggak menarik, pasti tidak ada yang mau melihatnya,” jelasnya.
Irfan mengaku sejauh ini Peace Generation lebih banyak membuat konten berupa games. Pertimbangannya games itu bisa lebih cepat menarik perhatian anak muda.
“Games itu menurut survei di kelompok milenial, semuanya sudah gemifikasi. Mau aplikasi apa saja sudah digemifikasi.
Games itu sudah jadi bahasa muda. Games itu sebenarnya pola pembelajaran atau penularan gagasan dengan pengalaman, jadi bukan dengan pengajaran bukan dengan ceramah,” papar Irfan.
Irfan menegaskan keberadaan anak-anak muda yang berkecimpung sebagai duta damai dunia maya ini sangat tepat.
Pasalnya, dunia maya harus terus dipenuhi konten damai agar konten-konten kekerasan dan terorisme tidak bisa muncul dan menjadi viral.
Penulis: Andrew Hidayat
Instagram Andrew Hidayat
Pinterest Andrew Hidayat
Twitter Andrew Hidayat
Berita Kategori Sama :


Update selalu info berita dari Media Berita Online.